Tampilkan postingan dengan label Pasien. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pasien. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 April 2022

JUM'AT MUBAROK

JUM'AT MUBAROK

Sebelum berangkat sholat jum'at tadi, ada WA masuk ke HP Ketua Cahaya Foundation tentang seorang pasien yang katanya tinggalnya di daerah Perumnas 3, Kota Bekasi. Yang kasih info namanya Bu Ratna, orang Depok. Dia katanya dikasih info sama Pak Hendi, warga Bandung. Lah orang Bekasi-nya pada kemana? Itu dia kan...masih syukur ini kita kebagian info dari Bu Ratna Depok. 😁


Setelah terima semua info dan ceritanya, Ketua arahkan untuk komunikasi langsung dengan Ibu Eka Diah Purwanti, teman karib Ketua yang sejak awal mula bareng-bareng di Cahaya Foundation, yang sedikit banyak paham tentang pendampingan pasien. Selanjutnya Ibu Eka yang garap. 


Setelah jum'atan, Ketua dikasih info dari Ibu Eka. Jadi pasien ini merupakan pengidap Ca Mamae, Ca-nya sudah diangkat, tapi paska operasi justru kondisi fisiknya mengalami penurunan secara drastis. Yang awalnya bisa berjalan jadi lumpuh, cuma bisa tiduran di kasur, miring ke kiri dan ke kanan terasa sakit di tulang belakang, feeling Ibu Eka sih kemungkinan sudah metastasis ke tulang belakang. 


Ditambah lagi BPJS senilai 6 juta lebih yang tidak sanggup terbayar karena suami pasien sudah lama tidak kerja paska Covid-19 sehingga BPJSnya tidak bisa dipakai, plus Jamkesda pun tertolak saat pasien dirujuk ke RS Dharmais karena Jamkesda Kota Bekasi cuma berlaku untuk RSCM. Lengkap lah sudah cerita tentang pasien itu yang saat ini sedang mengalami kesakitan yang teramat sangat. 


Sekitar jam 14:00an, salah satu tim segera bergerak meluncur ke rumah pasien itu. Rumah kontrakan dengan kondisi yang alakadarnya. Anaknya 2 orang, laki-perempuan, masih SD. Saat tim sampai disana kedua anak itu sedang mijitin dan ngelapin mamanya, katanya supaya mamanya kuat. 


Setelah cek semua datanya, tim bergegas segera membawa pasien itu ke RSCM, walaupun berkas masih belum lengkap. Ibu Eka selalu kasih arahan saat tim tiba di rumah pasien, sepanjang perjalanan, hingga setibanya di RSCM. Alhamdulillah prosesnya lancar, diterima di IGD RSCM dengan baik, dan langsung dapat bed untuk perawatan. 


Semoga Ibu Selfy segera mendapat perawatan secara maksimal, segera ditangani penyakitnya, segera disehatkan jiwa raganya, dan segera bisa kumpul lagi dengan keluarga tercinta di rumah. Untuk proses berkas yang kurang, akan kita bantu hingga semuanya selesai. Gitu aja.... 


#CeritaRelawan

#RelawanCahaya

#CahayaFoundation

#BergerakDariHati


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10216316603746875&id=1807606166

Selengkapnya

Rabu, 24 Januari 2018

Mengunjungi Frans Diego


JAKARTA -- Perjalanan hidup Frans Diego (36 tahun) dalam menjalani hari-harinya sebagai penyintas Myasthenia Gravis, salah satu penyakit autoimun yang cukup berat dan langka, merupakan sebuah kisah yang cukup menginspirasi. 14 tahun sudah Myasthenia Gravis bersemayam di tubuhnya. Ruangan-ruangan berbagai Rumah Sakit sudah sangat dihapalnya dan berbagai macam obat sudah seperti menjadi menu kesehariannya.

"Saat itu sama sekali nggak tahu apa itu Myasthenia Gravis. Namanya pun sangat asing bagi saya. Yang saya rasakan di awal-awal, salah satu kelopak mata saya menutup dan setiap kali makan selalu tersedak", tutur Frans, kepada Eka Diah Purwanti, salah seorang founder Cahaya Foundation, yang juga penyintas Myasthenia Gravis, saat sharing dan berkesempatan berkunjung ketika sama-sama dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Terbesar di Indonesia, pada Rabu (3/1) yang lalu.

Frans pertama kali berobat ke bagian poli mata di Rumah Sakit Umum Daerah di Jakarta Timur pada pertengahan tahun 2004. Oleh dokter spesialis mata yang menangani saat itu, Frans diduga menderita Myasthenia Gravis dan dioper ke dokter spesialis syaraf untuk memastikan jenis penyakitnya. Dokter syaraf yang menangani segera membuat rujukan ke Rumah Sakit Umum Pusat yang paling lengkap peralatannya untuk menjalani tes Elektromiografi (EMG), yaitu teknik yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot skeletal.

EMG merupakan tes penting yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan otot dan saraf dan sering digunakan untuk mengevaluasi kelainan sistem saraf periferal. Elektromiografi mencakup penyisipan elektroda pin (jarum halus) melalui kulit dan masuk ke dalam jaringan otot, kemudian aktivitas listrik otot direkam pada komputer. Hasil tes ini memungkinkan ahli saraf mendiagnosis setiap aktifitas otot atau saraf yang abnormal. Tes ini membantu membedakan antara akar saraf dan penyakit otot.

Setelah hasil EMG diketahui, yang menyatakan tegaknya diagnosis Myasthenia Gravis, selanjutnya Frans menjalani kontrol pengobatan rutin dan dikembalikan ke Rumah Sakit Umum Daerah yang sedari awal menanganinya.

Berdasarkan hasil CTScan Thorax dengan Kontras pada tahun 2007, ditemukan thymoma yaitu tumor atau pembesaran pada kelenjar timus, kelenjar yang terletak di mediastinum anterior (daerah antara paru-paru di dada) yang memainkan peran penting dalam perkembangan sel-sel imun.

Timus dapat diangkat sebagai salah satu treatmen dari Myasthenia Gravis dengan harapan dapat meningkatkan kesempatan remisi (hilangnya gejala dan tidak diperlukan konsumsi obat-obatan) dari penyakit tersebut. Diperkirakan beberapa pasien yang melakukan pengangkatan timus dapat mengurangi produksi antibodi yang menyerang nerve-muscle junction (sambungan antara syaraf dan otot), yang menyebabkan penyakit ini.

Awal 2008 dijadwalkan untuk tindakan thymectomy, yaitu prosedur bedah atau operasi besar untuk pengangkatan timus di Rumah Sakit Kanker terkemuka di Jakarta. "Paska thymectomy, saya gagal napas sehingga harus ditrakeostomi (leher dilubangi) untuk alat ventilator. Saya dirawat dan harus menggunakan ventilator selama 5 bulan", lanjut Frans.

Akan tetapi, paska dirawat dengan menggunakan ventilator tersebut, alat trakeos yang terpasang tidak langsung diangkat. Diduga hal inilah yang menjadi sumber masalah, karena setelahnya Frans sering mengalami infeksi paru secara berulang. Setiap tahun sampai 2-3 kali harus dirawat di Rumah Sakit, dengan rata-rata perawatan 1-3 bulan.

Frans juga pernah mengalami fase lumpuh selama 1 tahun lebih; 143 hari dirawat di ICU dan 7 bulan dalam perawatan di bangsal rawat inap. Pada 2017 kemarin kondisi semakin memburuk. Dokter Paru mengatakan bahwa paru-paru Frans sudah rusak permanen, sehingga ia harus menggunakan oksigen selama 24 jam, dan bantal harus ditinggikan saat tidur.

Januari hingga Juni 2017 dirawat. November sampai Januari ini juga masih dirawat. Yang paling memperburuk kondisinya justru dari infeksi Myasthenia Gravis-nya itu sendiri. Banyak obat-obatan yang tidak cocok untuk Myasthenia Gravis, dan justru memperburuk kondisinya, padahal obat-obatan tersebut justru yang bagus untuk pengobatan infeksinya.

Pembiayaan sejak awal menjalani pengobatannya, Frans terpaksa membayarnya secara tunai, dikarenakan saat itu belum ada jaminan kesehatan dari pemerintah untuk seluruh lapisan masyarakat, sehingga hampir semua harta benda yang dimiliki, seperti rumah, tanah dan mobil, terpaksa dijual. Usaha playstation yang dimilikinya pun terpaksa ditutup. Seringnya keluar masuk dan rawat inap di Rumah Sakit menyebabkan usahanya terbengkalai dan harus gulung tikar.

Di saat segala harta benda yang dimilikinya sudah betul-betul habis-habisan untuk membiayai pengobatan dirinya, beruntung di akhir tahun 2012, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta memberikan Kartu Jakarta Sehat (KJS), yang merupakan kelanjutan dari Kartu Keluarga Miskin (Kartu Gakin), untuk Layanan Jaminan Kesehatan secara gratis bagi dirinya.

Di akhir 2013, saat pemerintah pusat menerbitkan Kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan), Frans mendaftar dan mulai menggunakan BPJS Kesehatan Mandiri kelas 1 untuk jaminan pengobatannya. Seiring dengan peraturan baru BPJS Kesehatan yang mewajibkan pembayaran iuran harus per Kartu Keluarga, Frans tidak sanggup membayar iuran BPJS Kesehatan tersebut, sehingga kembali menggunakan KJS.

Pengalaman hidup Frans yang tidak pernah menyerah pada keadaan, selalu berikhtiar/berusaha semaksimal mungkin dalam segala hal, dan selalu berdoa memohon bantuan Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan keyakinannya, serta selalu berpikir positif dan sabar dalam menjalani suatu proses, menjadikannya tetap tegar hingga saat ini. Usaha sudah dilakukan secara maksimal, doa pun sudah dipanjatkan tak pernah putus, maka selanjutnya, biarkan takdir yang bertarung di langit. (Cahaya Foundation / EDP)

#CahayaFoundation #Sharing #Caring #MyastheniaGravis #Jakarta #Bekasi #Jabodetabek #Indonesia
Selengkapnya

Senin, 21 Agustus 2017

Duka Cita Atas Berpulangnya Pak Kurdi

Cahaya Foundation turut merasakan duka cita yang mendalam atas berpulangnya bapak Drs. Muhammad Kurdi, Pendiri, Pembina dan Penasehat Perkumpulan Pejuang Myasthenia Gravis Indonesia pada hari Senin (21/8) pagi tadi. 
Al Fatihah dan do'a terbaik untuk beliau yang telah mendahului.

==============================

Duka Cita Atas Berpulangnya Pak Kurdi

Depok – Cuaca pagi itu cukup cerah seperti biasanya. Matahari menampakkan kilaunya dengan gagah perkasa. Dari ranting-ranting pucuk pepohonan, terdengar sayup burung-burung yang bersenda gurau bersahutan sambil menari riang. Anak-anak berseragam putih merah, putih biru dan putih abu-abu dengan penuh semangat berjalan tegap menyongsong harapan dan masa depan. Laki-laki dan perempuan dewasa tergopoh-gopoh berkejaran dengan waktu demi mengumpulkan sesuap nasi untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama keluarga. Tak ada firasat apa pun yang dirasakan. Semua terasa serba biasa seperti hari-hari sebelumnya.

Tiba-tiba, kabut pekat menyelimuti Bandung seketika. Kabar duka datang dari Caregivers Pejuang Myasthenia Gravis Indonesia (PMGI) yang ada disana. Tercekat kerongkongan seakan-akan tidak percaya. Bergemuruh sesak di dada seolah-olah ada batu besar yang menimpa. Kebas seluruh jemari tangan dan kaki seperti mati rasa. Dikabarkan, bahwa Drs. Muhammad Kurdi, 77 tahun, Pejuang Myasthenia Gravis dari Bandung, salah seorang Pendiri, Pembina dan Dewan Penasehat yang paling senior di Pejuang Myasthenia Gravis Indonesia (PMGI) telah dipanggil pulang ke haribaan Sang Pemilik Jiwa, pada Senin pagi (21/8) ini. Pejuang Myasthenia Gravis yang gagah dan hebat itu telah mendahului kita semua. Tanpa pesan apa pun ternampak dari bibirnya kecuali sekilas senyum yang tersungging dengan teramat tulus dan ikhlas.

Pak Kurdi, demikian sosok paling senior di kalangan Pejuang Myasthenia Gravis ini biasa dipanggil, berjuang melawan Myasthenia Gravis yang betah bersemayam di dalam tubuhnya sehingga menjadi bersahabat dengannya sejak pertengahan tahun 2015 lalu, dengan riwayat sebelumnya alergi debu dan flu. Selama 1 bulan terakhir ini beliau menjalani rawat inap di RS Al Islam, Bandung, dengan kondisi ditrakeastomi untuk membantu pernapasannya. Selama masa rawat inap tersebut, pak Kurdi menjalani kontrol pengobatannya ke RS Hasan Sadikin Bandung. Selain Myasthenia Gravis yang telah bermukim lama di tubuhnya, 3 bulan yang lalu pak Kurdi baru saja menjalani operasi Prostat dan mengalami kelebihan slem pada tenggorokannya.


Selama masa sehatnya, pak Kurdi termasuk orang yang paling aktif dan bersemangat dalam memberikan pendampingan pendampingan dan motivasi bagi Pejuang Myasthenia Gravis yang lain. Usia tuanya tak akan pernah mampu mengalahkan semangatnya. Kegigihan perjuangannya selalu menginspirasi siapa pun yang mengenalnya. Sering kali beliau kunjungan ke Rumah Sakit untuk memberikan semangat bagi saudara-saudara MGers yang lain. Kehadiran sosoknya dalam setiap pendampingan selalu membawa kesejukan dan ruh baru.


Kini, di Senin pagi ini, dan di hari-hari nanti, pak Kurdi sudah tidak bersama-sama kita lagi. Tidak akan pernah ada lagi sosoknya keluar masuk Rumah Sakit untuk sekedar ber"say hello" dengan suaranya yang begitu teduh dan selalu memberi penguatan kepada saudara-saudara kita yang sedang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Allah SWT lebih sayang padanya sehingga memanggilnya mendahului kita semua. Namun, kehadirannya menjadi teladan bagi kita. Sosoknya memberi warna dan contoh bagi kita untuk selalu bersemangat dalam menjalani hidup dan kehidupan, dan memberi arti dan manfaat bagi orang lain.

Selamat jalan pak Kurdi, semoga engkau bahagia disana. Kepedulian dan perhatianmu terhadap sesama sedemikian tak terhingga. Ajaran kebaikan telah engkau wariskan. Berjuta kenangan manis telah engkau torehkan untuk kami lanjutkan. Semua amal baikmu itu yang menghantarkanmu untuk sampai kepadaNYA. Sambil tertunduk mengenang semua kebaikanmu, kami kirimkan Al Fatihah kepadamu seraya mungucap do'a...

Allohummaghfirlahu, warhamhu, wa aafihi, wa'fuanhu.  

(Sumber: http://www.pejuangmgi.org/2017/08/pak-kurdi-telah-berpulang.html)
Selengkapnya

Kamis, 20 April 2017

Adik Fajri Telah Berpulang

Kamis kemarin, 20/4/17, genap 9 bulan adik Muhammad Fajri Ramadhan mendapat pendampingan dari Cahaya Foundation. Berbagai pengalaman suka dan duka sudah dilalui bersama sehingga kami sudah merasa bersahabat dengan semua ruangan di RSUD Kota Bekasi, sangat memahami dan mengenal betul setiap sudutnya.


Dalam melakukan pembelaan untuk masyarakat kurang mampu yang sakit, kami selalu memohon bantuan kepada Allah untuk dapat dilancarkan semua urusan, diberi kekuatan lahir dan batin agar bisa maksimal memberikan pendampingan secara baik dan benar. Juga memohon agar selalu diberikan kesehatan yang prima, kesabaran yang tinggi, dan ketabahan yang tiada batas. Kami merasa sangat beruntung masih diberi peluang untuk bisa memberikan pendampingan pengobatan bagi masyarakat yang tidak mampu. Allah telah memberikan kesempatan untuk menghiasi sebagian waktu dengan luasnya ladang kebaikan yang tersedia. Sebuah anugerah tiada tara.


Beberapa kali kami telah memberikan pembelaan terhadap beberapa pasien kurang mampu yang membutuhkan pendampingan, mulai dari pembelaan untuk mendapatkan fasilitas pengobatan yang layak dan berkeadilan, hingga melakukan pembelaan dalam mengusahakan jaminan pembiayaannya.

Adik Fajri, yang lahir pada 5 Juli 2016, dan merupakan warga Kampung Ciketing RT 002 RW 002, Kelurahan Sumurbatu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi ini, didiagnosa menderita Pneumonia, Farese Diafragma Kanan dan Hemiparese Dextra. Kami berikan pendampingan pertama kali saat usianya baru 15 hari, langsung mendapat perawatan sejak 20/7/16 di ruang PICU RS Hermina Bekasi Barat. Gejala awalnya sesak napas yang teramat sangat. Berdasarkan diagnosa yang didapat, perlu diambil tindakan operasi. Estimasi biaya awal yang disampaikan pihak RS Hermina Bekasi Barat pada saat itu sekitar 34 jutaan, penjaminan biaya bagi adik Fajri saat itu segera kami upayakan melalui bantuan penjaminan pembiayaan dari Pemerintah Kota Bekasi, dikarenakan orangtua adik Fajri termasuk kategori keluarga tidak mampu, dengan kondisi rumah berdinding bilik berukuran 3x5 m², diatas sebidang tanah garapan dengan sistem sewa. Pekerjaan orangtuanya serabutan. Selama hampir 4 bulan dirawat di RS Hermina Bekasi Barat, pasca 2x Operasi Plikasi Diafragma, adik Fajri masih harus dirawat di ruang PICU dikarenakan 85% masih ketergantungan ventilator.


Pada 21/11/16, Cahaya Foundation diminta menghadap Dr. Agnes, penanggung jawab ruang PICU RS Hermina Bekasi Barat, terkait proses perujukkan ke RSUD Kota Bekasi dikarenakan nilai jaminan perawatannya sudah sangat tinggi, sudah mencapai 550 jutaan.

Tanggal 23/11/16, alhamdulillah adik Fajri berhasil dievakuasi, dipindahkan ke RSUD Kota Bekasi, sehingga kelanjutan perawatannya di RSUD Kota Bekasi.

Senin, 17/4/17 yang lalu, RSUD Kota Bekasi menghubungi kami, Cahaya Foundation, untuk berdiskusi dalam rangka mencari solusi tentang kondisi adik Fajri. Dokter anak yang menangani adik Fajri menjelaskan bahwa kerusakan syaraf diafragma yang diderita adik Fajri menyebabkan diafragmanya tidak bisa memompa paru-parunya sehingga selalu membutuhkan ventilator untuk dapat memompanya. Dalam dunia kedokteran, kerusakan syaraf seperti itu biasanya tidak dapat lagi diperbaiki sehingga adik Fajri akan selalu tergantung pada ventilator hingga waktu yang tidak terbatas. Biaya perawatan di RSUD selama 152 hari dirawat di ruang PICU sudah mencapai 600 jutaan. Total dengan yang di RS Hermina Bekasi Barat sudah mencapai 1,15 milyar. Pihak RSUD Kota Bekasi sudah melakukan konsultasi ke para konsuler senior yang memahami permasalahan seperti itu, seperti RSCM dan RS Harapan Kita. Namun belum ada solusi yang pasti untuk dapat memperbaiki syarafnya yang telah rusak. Pihak managemen RSUD Kota Bekasi pun telah melakukan pembicaraan dengan bapak Walikota secara langsung terkait perkembangan kondisi adik Fajri berikut kesiapan penjaminan pembiayaan kelanjutannya. Permasalahan ini disampaikan kembali kepada kami, untuk selanjutnya agar disampaikan kepada orangtua adik Fajri.

Belum lagi kami menyampaikan hal tersebut, Allah sudah memberikan keputusan terbaiknya untuk adik Fajri. Kamis, 20/4/17, tepat pukul 10.00 WIB, adik Fajri telah kembali ke pangkuan Illahi Robbi.


Sahabat mulya sekalian, ikhtiar telah kita lakukan bersama-sama secara maksimal dengan daya dan upaya yang kita miliki dalam memberi pendampingan bagi adik Fajri, sehingga Allah memberikan keputusannya yang terbaik.

Mari kita sama-sama angkat kedua tangan kita dan tengadahkan muka, seraya memohon dengan sangat kepada Sang Pemilik Hidup, agar adik Fajri diampuni segala dosanya, dan diberi tempat di sisiNYA tempat yang terindah dari seindah-indahnya tempat di langit. Aamiin...

Terima kasih kami kepada:
1. Bapak Walikota Bekasi, yang telah menjaminkan semua pembiayaan bagi adik Fajri selama dirawat,
2. Kepala Dinas Kesehatan, berikut jajaran, yang telah memberikan rekomendasi penjaminan pembiayaan pengobatan adik Fajri,
3. Kepala Dinas Sosial, berikut jajaran, yang telah menyetujui ajuan rekomendasi keterangan tidak mampu untuk mendapatkan jaminan pengobatan bagi adik Fajri,
4. Direktur RSUD Kota Bekasi beserta jajaran, yang telah secara maksimal merawat adik Fajri selama sakitnya,
5. Direktur RS Hermina Bekasi Barat beserta jajaran, yang telah secara maksimal merawat adik Fajri selama sakitnya,
6. Camat Bantargebang beserta jajaran, yang mengajukan rekomendasi pembuatan keterangan tidak mampu untuk pembiayaan pengobatan adik Fajri,
7. Lurah Sumurbatu, Ketua RW 02, dan Ketua RT 02 berikut jajaran, atas kepeduliannya yang tinggi terhadap warganya,
8. Sahabat dari #SedekahRombongan yang rutin mengunjungi adik Fajri selama dirawat dan memberikan bantuan berupa susu dan pampers untuk kebutuhan adik Fajri,
9. Mbak Menu Dwi Yanti, yang juga rutin mengunjungi adik Fajri dan memberikan bantuan berupa dana untuk biaya konsumsi kepada orangtua adik Fajri yang selama ini menunggui adik Fajri selama dirawat,
10. Segenap Alumni SMAN 1 Bekasi, segenap Alumni SMPN 1 Bekasi, segenap Alumni SMAN 3 Bekasi, segenap Alumni SMA PGRI Bekasi angkatan 1987, dan semua Sahabat Cahaya yang terkasih, yang selalu memberikan motivasi, do'a dan support yang tak terhingga kepada kami dalam setiap pembelaan dan pendampingan yang kami lakukan.

Sungguh, semua dukungan para pihak yang secara bersama-sama saling bahu membahu dalam kepedulian, dengan penuh kerelaan dan keikhlasan untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu di Bekasi ini begitu menguatkan dalam setiap langkah yang kami jejakkan. Semoga Allah membalas semua kebaikan ini dengan sebaik-baik balasan.

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation
Selengkapnya

Rabu, 28 Desember 2016

Pendampingan Bu Sri, Harapan Jaya

"Rumah dirapihin ya... Sawang-sawang dibersihin semuanya. Nanti banyak tamu yang mau kesini.", demikian runutan kalimat yang sering kali terucap dari bibir ibu Sri Mulyani, 61 tahun, warga Kampung Bulak Macan RT 06 RW 22 No. 85, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, kepada suaminya.

Ibu Sri Mulyani adalah pasien dampingan kami sejak awal September 2016 yang lalu untuk kasus Penyakit Paru dan menjalani rawat inap selama 1 bulan di RS Persahabatan. Selama dalam perawatan, ternyata ibu Sri Mulyani terdeteksi lagi untuk penyakit yang lain, yaitu Kanker Tulang stadium 4, dan mengalami patah di tulang paha.

Pendampingan Bu Sri, Harapan Jaya Cahaya Foundation

"Tulang belakangnya sudah remuk, sudah tidak bisa diperbaiki maupun dioperasi. Sebaiknya keluarga selalu bikin hati ibu senang ya.", ujar dokter saat memberi penjelasan tentang kondisi terakhir ibu Sri Mulyani kepada kami yang diminta keluarga untuk mendampingi mereka.

Walaupun kondisinya sudah teramat payah, namun semangatnya sungguh masih sangat luar biasa. Atas keinginan ibu Sri Mulyani sendiri dan keluarga, beliau minta dirawat di rumah. Oleh dokter, sebagai alternatif untuk pengurang rasa nyeri di tulang belakangnya, ibu Sri Mulyani diberi Bondronat, dan tetap menjalani Kemoterapi dengan cara rawat jalan sebulan sekali.

"Tolong sampein maaf saya, dan tolong sampein terima kasih saya ke bu Eka atas keikhlasannya membantu saya berobat selama ini.", begitu ucapnya pada jum'at pagi kemarin (23/12), saat Cahaya Foundation, yang bersinergi dengan Ambulan Lotte Mart Rumah Zakat, menjemput ke rumahnya untuk mengantarkannya menjalani Kemoterapi lanjutan ke RS Persahabatan.

Senin jelang siang kemarin (26/12), kami mendapat kabar bahwa ibu Sri Mulyani kritis, dan tidak lama setelah itu beliau berpulang menghadap Sang Pencipta tepat pukul 11.30 WIB. Wajahnya tenang dan damai sekali. Ada senyum tipis tersungging di bibirnya, memberi kesan ikhlasnya menerima semua ketetapan dari NYA.

Selamat jalan ibu Sri Mulyani... Semoga engkau mendapat tempat yang terbaik di sisi Sang Maha Kasih. Aamiin...
Selengkapnya

Selasa, 27 Desember 2016

Pendampingan Pak Casim Cabang Bungin

"Saya kangen pengen ketemu bu Eka. Bu Eka koq gak kesini sini?", demikian kalimat yang selalu diucapkan pak Casim, warga Kampung Bungin RT 001 RW 002, Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi penderita tumor intra abdomen yang oleh Cahaya Foundation pada tanggal 28 November 2016 tengah malam terpaksa dievakuasi dan dilarikan ke RSUD Kota Bekasi.

Senin lalu, genap 3 minggu pak Casim dirawat di RSUD Kota Bekasi. Selama itu pula pak Casim tidak pernah dijenguk jeng Eka Diah Purwanti karena 2 hari setelah pak Casim dievakuasi, jeng Eka justru tergolek di RS Awal Bros selama 7 hari akibat CIDP, penyakit auto imune yang menyerang seluruh syaraf tubuhnya, kembali memberi peringatan kepadanya.


Selama 3 minggu dirawat inap di ruang Tulip no. 104 RSUD Kota Bekasi, pak Casim terpaksa mengalami penundaan operasi selama 4 kali karena kondisi dan hipertensi.

Akhirnya, selasa siang kemarin, jeng Eka berkesempatan mengunjungi pak Casim, sehari sebelum operasi dilaksanakan. "Saya minta maaf baru sempat nengokin pak Casim. Semoga penyakit bapak sebagai penggugur dosa-dosa bapak", ujar jeng Eka berkali-kali seraya mengusap-usap punggung pak Casim. Pak Casim selalu menjawab "aamiin" sambil mengangguk-angguk. Dia pun berkata bahwa nantinya ingin diantar pulang menggunakan mobil ambulan kembali.

Rabu pagi ini rencananya pak Casim akan menjalani operasi. Segala persiapan sudah dilakukan. Bahkan sekitar pukul 7.30 WIB pak Casim sangat optimis dan penuh semangat saat digantikan baju operasi. Tapi 10 menit kemudian kondisinya mendadak menurun drastis, hingga akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir tepat pukul 7.50 WIB.

Jenazah pak Casim pagi tadi diantar ke Kampung Bungin, Muara Gembong, oleh pak Syafril dari tim mobil ambulan Rumah Zakat, sebuah tim ambulan yang sebelumnya pernah mengevakuasi dirinya dari Muara Gembong ke RSUD Kota Bekasi.

Selamat jalan pak Casim. Semoga engkau mendapatkan tempat yang terindah di sisiNYA.
Aamiin...

============================

YAYASAN CITA SAHABAT MULYA
(CAHAYA FOUNDATION)

Bank Muamalat
No. Rek. 347.001.0031
a/n Cita sahabat mulya Yys
Kode bank : 147

WA/SMS : 0812 894 2222 9

CAHAYA FOUNDATION
Bergerak Dari Hati
Selengkapnya