Tampilkan postingan dengan label Pendampingan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendampingan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Juli 2017

Pendampingan Ibu Susanti

Relawan Pendamping Cahaya Foundation dan Caregivers PMGI pertama kali bertemu dengan Ibu Susanti, 36 tahun, berdasarkan informasi dari ibu Titi Komariah, yang selama ini selalu membantu warga lingkungan sekitar rumahnya apabila terjadi musibah atau hal-hal yang sifatnya darurat di wilayah Duren Jaya, Kota Bekasi. Ibu Susanti mengalami pendarahan sejak pagi hari. Pada sore harinya, ibu Titi Komariah menghubungi Cahaya Foundation meminta diberikan pendampingan dikarenakan ibu Susanti merupakan pasien dhuafa, tidak memiliki jaminan apa pun untuk berobat.


Ibu Susanti memiliki 2 orang anak usia sekolah. Suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya bekerja serabutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terpaksa ibu Susanti harus berdagang nasi uduk setiap paginya.

Pada sore itu juga, Relawan Pendamping Cahaya Foundation dan Caregivers PMGI meluncur ke rumah ibu Susanti. Setelah diperiksa kondisi umumnya, bersama-sama dengan ibu Titi Komariah diputuskan untuk segera membawa ibu Susanti ke Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) RSUD dr Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi, sedangkan jaminan pengobatannya segera diurus keesokan harinya. 


Oleh paramedis yang sedang bertugas, ibu Susanti segera ditangani, dan diambil keputusan untuk segera dilakukan tindakan kuret, karena janinnya tidak bisa diselamatkan lagi. Kuret merupakan intervensi bedah untuk mengeluarkan isi rahim. Kadang tindakan ini diperlukan jika ada komplikasi paska aborsi medis atau keguguran, walaupun di beberapa negara, dokter terbiasa melakukan tindakan tersebut meskipun tidak diperlukan secara medis.

Paska tindakan kuret, ibu Susanti harus menjalani rawat inap selama 4 hari untuk memulihkan kembali kondisinya. 

Alhamdulillah, pendampingan bagi ibu Susanti di RSUD dr Chasbullah Abdul Madjid berjalan dengan lancar, penjaminan pun selesai diurus sehingga ibu Susanti tidak dikenakan biaya sepeser pun oleh pihak Rumah Sakit. Pendampingan dilakukan oleh Caregivers PMGI ibu Eka Diah Purwanti, Relawan Pendamping Cahaya Foundation ibu Wiwik Rahayu, dan ibu Titi Komariah. 

Terima kasih atas segala limpahan do’a, sepenuh rasa empati, kepedulian yang kuat, dan dukungan dari sahabat semua, semoga ibu Susanti segera diberi kesembuhan. Juga mohon do’a agar selalu diberi kelancaran bagi kami, Cahaya Foundation dan PMGI, untuk selalu dapat memberikan pendampingan bagi siapa pun yang membutuhkan.

Salam takzim dari kami, 
Cahaya Foundation 
               &
Caregivers PMGI

Selengkapnya

Sabtu, 15 Juli 2017

Sarah Hidup Dengan Alopesia Areata



Sahabat sekalian, cerita tentang pasien dampingan kita kali ini adalah tentang seorang gadis pengidap autoimun, dengan nama penyakit Alopesia Areata. Pada penyakit Alopecia Areata, sistem kekebalan di dalam tubuh membuat sel darah putih (limfosit) dan antibodi untuk melindungi diri terhadap benda asing seperti bakteri, virus, dan kuman lainnya. Pada penyakit autoimun, telah terjadi kesalahan sistem kekebalan tubuh, dimana bagian tubuh dianggap sebagai benda asing, sehingga imunitas tubuh justru menyerangnya. Pada orang dengan Alopecia Areata, banyak sel darah putih berkumpul di sekitar akar rambut yang terkena (folikel rambut), di sanalah telah terjadi kesalahan dari autoimun. Hal ini menyebabkan beberapa peradangan ringan yang mengarah dalam beberapa cara untuk rambut menjadi lemah dan jatuh sehingga menyebabkan kebotakan sebagian, dan terpencar secara merata di kepala. Sebagaimana halnya dengan penyakit autoimun lainnya, penyakit ini pun belum ada obatnya. Walaupun penyakit ini tidak mengancam kesehatan, akan tetapi dapat sangat mempengaruhi penampilan seseorang, sehingga menyebabkannya menjadi tertekan, yang justru akan semakin memperparah penyakit tersebut. 

Adalah Sarah Fitriyani, 12 tahun, yang mengidap penyakit tersebut. Adik Sarah saat ini kelas 5 SD, merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan textile di Kota Bekasi, dan sepulang kerja menyambi profesi sebagai pengojek online untuk menambah penghasilannya.

Pada awalnya, kehidupan adik Sarah normal-normal saja. Selayaknya gadis seusianya. Kesehariannya diisi dengan sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Hidup penuh warna, ceria, sukacita dan bahagia dirasakannya saat itu. Namun, 5 bulan yang lalu, tanpa ada gejala apapun, mendadak sebagian rambutnya mengalami kerontokan secara ekstrim. Bentuk kerontokannya pun cukup aneh, hanya menyerang beberapa bagian kepala secara terpencar di seluruh area kepalanya, seperti pitak-pitak yang tidak beraturan. Pada awalnya, ibunya menduga mungkin karena adik Sarah terlalu sering mengkonsumsi obat paru. 


Hanya dalam waktu beberapa hari adik Sarah mengalami kerontokan rambut yang masif pada sebagian kepalanya. Kejadiannya cepat sekali. Efek psikologis sangat terasa pada diri adik Sarah karena sangat mempengaruhi penampilannya. Akibat penampilannya tersebut, adik Sarah selalu menjadi bahan ejekan dari teman-temannya, sehingga menyebabkannya menjadi gadis yang pemurung, rendah diri dan tertutup, bahkan di rumah sekalipun. Adik Sarah seperti mengalami beban dan tekanan yang teramat berat.

Suatu hari, badan adik Sarah mengalami panas yang cukup tinggi sehingga dibawa orangtuanya ke RS Awal Bros dan harus menjalani rawat inap selama 1 minggu. Di RS Awal Bros tersebut, penyakit adik Sarah diobservasi sehingga diperoleh diagnosa bahwa adik Sarah mengidap Alopecia Areata.

Setelah kondisi tubuhnya dinyatakan pulih, adik Sarah diperbolehkan pulang dan mulai berobat jalan. Beberapa lama berobat belum juga menghasilkan perubahan yang berarti dalam diri adik Sarah, bahkan berat badannya justru menyusut sebanyak 3 Kg selama kurun waktu 1 bulan. Dengan meminta bantuan pendampingan melalui Cahaya Foundation, akhirnya adik Sarah pun melakukan beberapa tahapan pengobatan mulai dari RSUD Kota Bekasi hingga dirujuk ke RSCM. Di RSCM, selain positif Alopecia Areata, adik Sarah dinyatakan suspect SLE (Lupus), sehingga masih harus menjalani pemeriksaan lebih panjang dan berkelanjutan. 


Selama melakukan tahapan pengobatan tersebut, adik Sarah diberi pendampingan dan konseling psikologis/motivasi secara langsung, dengan cara komunikasi melalui jaringan seluler, oleh ibu Eka Diah Purwanti, seorang pendamping pasien senior sekaligus salah seorang founder dari Cahaya Foundation, yang juga mengidap penyakit Myasthenia Gravis, salah satu jenis penyakit autoimun yang menyerang seluruh otot tubuhnya. Sedangkan pendampingan di lapangan dilakukan oleh ibu Wiwik Rahayu.

Sahabat terkasih, mari kita do’akan untuk kesembuhan adik Sarah, agar selalu diberi ketabahan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, dan segera diberi kesembuhan agar dia kembali mendapatkan keceriaannya seperti semula. Aamiin…
Selengkapnya

Senin, 19 Juni 2017

Tumor Di Kepala Ibu Yati


Ibu Yati binti Adim, 51 tahun, adalah warga Bojongmenteng, Rawalumbu, Kota Bekasi. Dia se-keluarga tinggal di sebuah rumah petakan dengan sistem sewa bulanan. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, pak Lacan, suaminya, bekerja sebagai buruh serabutan. Keluarga ibu Yati ini merupakan salah satu contoh kasus pasien tidak mampu yang tidak memiliki jaminan kesehatan sama sekali. Disamping karena ketidakpahaman mereka tentang manfaat dari jaminan kesehatan, juga karena tidak sampainya informasi kepada mereka yang menyebabkan mereka tidak mengerti bagaimana cara untuk mendapatkan jaminan kesehatan tersebut secara cuma-cuma dari pemerintah. 

"Selama ini dia sering mengeluh pusing, dan 2 hari ini cuma terbaring sakit di kamar. Saya inisiatif telpon Cahaya karena di hari ke-2 kondisinya tidak sadar", tutur ibu RW saat Tim Pendamping Pasien Cahaya tiba di rumah ibu Yati untuk melakukan evakuasi terhadap pasien dampingan tersebut pada hari Kamis pagi (9/6/2017). 

Ditemani ibu RW dan keluarganya, segera ibu Yati dilarikan ke RS Rawalumbu, sebuah Rumah Sakit yang paling dekat dengan tempat kediaman pasien. Beruntung ada ruang ICU kosong yang bisa segera diisi. Oleh tim medis, ibu Yati segera ditangani, dan saat itu juga segera dilakukan pemindaian dengan menggunakan alat CT Scan untuk mendapatkan pencitraan yang akurat terhadap kondisi kepalanya, serta menetapkan diagnosis atas penyakit yang dideritanya. 

Berdasarkan hasil CT Scan, oleh tim medis disimpulkan bahwa ibu Yati menderita tumor otak. Dikarenakan ibu Yati tidak memiliki jaminan apapun, maka pada saat itu juga Tim Pendamping Pasien Cahaya segera bergerak melakukan proses pengurusan jaminan kesehatannya. 

Selama 4 malam ibu Yati dirawat di ICU RS Rawalumbu. Akan tetapi, karena RS Rawalumbu tidak memiliki dokter spesialis syaraf, maka pasien terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit lain yang memiliki spesialis syaraf. Tim Pendamping Pasien bergerak menghubungi beberapa Rumah Sakit yang memiliki dokter spesialisasi syaraf. Beruntung, RS Hermina Bekasi Barat memiliki dokter spesialisasi syaraf, disamping ada ruang ICU yang juga kosong untuk dapat segera diisi. 

Setelah selesai dibuatkan rujukan dari RS Rawalumbu untuk RS Hermina Bekasi Barat pada Rabu malam (14/6/2017), akhirnya ibu Yati bisa dipindahkan pada Kamis dinihari (15/6/2017). Setiba di RS Hermina Bekasi Barat, Ibu Yati segera mendapat penanganan medis. Kembali dilakukan tindakan CT Scan yang lebih mendalam, melakukan berbagai observasi, sekaligus melakukan perawatan untuk memulihkan stabilitas tubuhnya. Kamis pagi harinya, kembali diupayakan pengurusan jaminan kesehatan ibu Yati untuk RS Hermina Bekasi Barat.

Sahabat sekalian, mari kita tengadahkan tangan, menundukkan kepala, seraya mengirimkan do'a-do'a yang terbaik yang kita miliki ke langit, memohon kesembuhan untuk ibu Yati agar kondisinya cepat stabil, agar segera bisa dilakukan tindakan operasi baginya, agar segera dipulihkan kesehatannya, dan agar dapat berkumpul kembali bersama keluarganya tercinta. Tak lupa, teriring ucap terima kasih kami kepada sahabat sekalian atas segala dukungan yang tak terhingga selama ini kepada Cahaya. 

Salam takzim dari kami, 
Cahaya Foundation

Selengkapnya

Sabtu, 10 Juni 2017

Kehamilan Dengan Eklamsia Pada Ibu Ayu


Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi wanita manapun apabila bisa hamil dan memiliki anak sebagai pewaris keturunan dari darah dagingnya sendiri. Apalagi pada kehamilan yang pertama, dan janin yang ada dalam kandungannya yang merupakan calon anak yang pertama pasti akan dirawat sebaik mungkin.

Begitu juga dengan Ayu Ratna Fitriani, seorang ibu muda berumur 21 tahun, warga Jatiasih, yang sedang menanti saat-saat kelahiran bayi yang dikandungnya. Ada kebahagiaan yang tak terhingga yang dirasakannya di saat usia kandungannya sudah mendekati 32 bulan.

Akan tetapi, tanpa sebab, pada hari Selasa (6/6/3027), mendadak ibu Ayu mengalami kejang-kejang beberapa kali. Oleh suami, segera ibu ayu dilarikan ke Rumah Sakit yang terdekat dengan rumah kontrakan mereka, yaitu ke RSU Multazam Medika, Jatimulya. Setiba di Rumah Sakit, ibu Ayu segera diberikan pertolongan, dicek tensi darah dan urinnya. Didapat hasil tensi darahnya 190/140, positif menderita Eklamsia, sebuah penyakit yang kadangkala menyerang ibu-ibu yang dalam usia kehamilan diatas 20 minggu, dan kerapkali berujung kepada kematian.

Oleh pihak paramedis, disimpulkan bahwa ibu Ayu harus segera diambil tindakan berupa Operasi Caesar, untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Akan tetapi ruang ICU di RSU Multazam Medika dalam kondisi terisi semua, disamping pula tidak memiliki ruang NICU untuk perawatan bayinya. Ditambah lagi, ternyata ibu Ayu tidak memiliki jaminan apapun untuk berobat, sedangkan suami baru saja menganggur setelah sebelumnya bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu perumahan.

Berdasarkan info dari kerabatnya, akhirnya keluarga ibu Ayu meminta pendampingan kepada teh Novi melalui Cahaya Foundation. Fokus pendampingan ada 2 hal; mencarikan Rumah Sakit yang memiliki ruang ICU dan NICU, serta mengusahakan penjaminannya. Teh Novi dan Tim Pendamping Pasien Cahaya Foundation segera bergerak mengusahakan semua keperluan yang dibutuhkan ibu Ayu, yaitu Rumah Sakit yang memiliki ruang ICU, NICU dan penjaminan pengobatannya, sedangkan RSU Multazam Medika berusaha membuat kondisi ibu Ayu agar menjadi stabil hingga waktu saat akan dipindahkan ke Rumah Sakit lain.

Ruang ICU dan NICU di RSUD Kota Bekasi kebetulan penuh, tapi ada sedikit harapan di RS Hermina Bekasi Barat yang kebetulan sekali ada ruang ICU yang kosong. Oleh RSU Multazam Medika segera dibuatkan surat rujukan untuk dipindah ke RS Hermina Bekasi Barat. Penjaminan pembiayaannya pun sudah selesai diurus.

Rabu (7/6/2017), ibu Ayu segera dipindah ke RS Hermina Bekasi Barat. Operasi Caesar segera disiapkan. Tepat pukul 14.00 WIB Operasi Caesar dilaksanakan, dan syukur alhamdulillah berjalan dengan baik, ibu dan bayinya selamat dengan bobot bayi 1,2 Kg. Pasca operasi, ibu Ayu kondisinya cukup stabil sehingga tidak perlu dirawat di ruang ICU, cukup di ruang perawatan biasa, sedangkan bayinya dirawat di ruang NICU.

Hari sabtu (10/6/2017), ibu Ayu sudah diperbolehkan pulang, akan tetapi bayinya masih harus mendapatkan perawatan secara intensif di ruang NICU RS Hermina Bekasi Barat.


Sujud syukur kami kepada Allah SWT, dan ucapan terima kasih atas dukungan yang tak terhingga dari Sahabat sekalian sehingga kita telah membantu menolong kesulitan ibu Ayu, bayi dan keluarganya.

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation
Selengkapnya

Kamis, 08 Juni 2017

Nyai Jeli, Menderita Gagal Ginjal


Nyai Jeli, 54 tahun, merupakan warga Desa Kedung Jaya, Babelan, Kabupaten Bekasi. Keluarga Nyai Jeli termasuk kedalam kategori keluarga yang kurang mampu. Beberapa waktu yang lalu Nyai Jeli mengalami nyeri yang teramat sangat pada bagian pinggang dan tungkai mulai membengkak. Kondisinya sudah mulai kepayahan, sehingga oleh pihak keluarga dibawa ke RS Anna Medika dengan menggunakan jaminan Kartu Indonesia Sehat.

Akan tetapi penyakit yang dideritanya tak kunjung membaik. Setelah dirembugkan bersama, pihak keluarga berinisiatif  memindahkan Nyai Jeli ke RSUD Kabupaten Bekasi. Karena kondisinya semakin memburuk, pihak keluarga pasrah dan membawa Nyai Jeli pulang ke rumah.

Tak lama berselang, pada hari Senin (5/6/2017), salah seorang anak Nyai Jeli menghubungi teh Novi, salah seorang pendamping pasien, meminta tolong agar bisa mengusahakan pengobatan Nyai Jeli ke RSCM.

Pada keesokan harinya, hari Selasa (6/6/2017), Nyai Jeli diberi pendampingan ke RSCM, dan alhamdulillah saat itu juga bisa dirawat di IGD RSCM. Oleh tim medis Nyai Jeli segera ditangani, mulai dilakukan pemasangan kateter serta selang NGt.


Setelah dilakukan observasi secara menyeluruh, Nyai Jeli didiagnosa menderita Gagal Ginjal sehingga diharuskan melakukan hemodialisa atau cuci darah secara rutin dalam kurun waktu tertentu.

Hanya 1 hari Nyai Jeli dirawat di RSCM, selanjutnya diperkenankan pulang. Untuk hemodialisa kelanjutannya, dapat dilakukan melalui rawat jalan.

Alhamdulillah pendampingan pasien atas nama Nyai Jeli telah selesai dengan sempurna. Terima kasih atas dukungan yang tak terhingga dari Sahabat semua.

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation
Selengkapnya

Selasa, 23 Mei 2017

Penyakit Tb Paru Pak Arman


Cahaya Foundation dihubungi mbak Ghifa, bahwa kondisi tubuh pak Arman mengalami penurunan kesehatan yang semakin memburuk. Tubuhnya lemas dan keadaannya semakin melemah, keseharian hanya terbaring di tempat tidur.

Pak Arman, 56 tahun, tinggal di Kampung Mede, Bekasi Timur. Mereka sekeluarga tinggal di sebuah rumah kecil (mirip rumah petakan). Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pak Arman kerja serabutan, melakukan apa saja yang menghasilkan uang, dan yang terpenting halal.

Menurut pengakuan anaknya, pak Arman sudah mengidap penyakit paru-paru selama lebih dari setahun terakhir ini. Dikarenakan tidak memiliki cukup uang, dan juga tidak adanya kartu jaminan kesehatan, maka pak Arman hanya sesekali saja berobat ke klinik. Terakhir terpaksa berhenti berobat sehingga kondisinya mengalami penurunan yang drastis. Badannya semakin menyusut, bahkan sudah kesulitan saat diajak komunikasi.

Saat itu juga, Tim Pendampingan Pasien Cahaya Foundation segera mengevakuasi pak Arman dari rumahnya, dan segera melarikannya  ke RSUD Kota Bekasi. Setiba di UGD RSUD Kota Bekasi, pak Arman langsung ditangani pihak paramedis, dan terdiagnosa mengidap penyakit Tb Paru, yang mengharuskannya dirawat inap untuk mendapat perawatan secara intensif di Rumah Sakit. Tidak lama setelah itu, pak Arman segera mendapat ruang perawatan di Ruang Teratai RSUD Kota Bekasi. Jaminan kesehatan untuk menjamin pembiayaan pak Arman selama dalam masa perawatan di Rumah Sakit pun segera diurus keesokan harinya.


Alhamdulillah, setelah beberapa waktu mendapat perawatan secara intensif, pak Arman sudah diperbolehkan pulang, dan selanjutnya tetap diharuskan melakukan rawat jalan untuk kontrol secara rutin atas pengobatan penyakitnya.

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation
Selengkapnya

Jumat, 05 Mei 2017

Cidera Kepala Bapak Saepudin


Bapak Saepudin, 41 tahun, warga Kampung Rawa Roko, Rawalumbu, Kota Bekasi, mengalami cidera berat pada bagian kepala akibat kecelakaan lalulintas.

Kronologis kejadian sebagai berikut; sekitar pukul 06.00 WIB, pada hari Kamis (4/5/17) yang lalu, di Jalan Narogong Raya, bapak Saepudin, yang mengendarai sepeda motor, mengalami kecelakaan lalulintas sehingga dirinya terpental beberapa meter yang mengakibatkan bagian kepalanya membentur aspal dengan cukup keras.

Saat itu juga bapak Saepudin segera dilarikan ke Rumah Sakit terdekat, yaitu RS St. Elizabeth di bilangan Jalan Raya Narogong Kota Bekasi. Dikarenakan kurang lengkapnya fasilitas di Rumah Sakit tersebut, bapak Saepudin kemudian segera dipindahkan ke RSUD Kabupaten Bekasi. Setiba di RSUD Kabupaten Bekasi, dikarenakan bapak Saepudin mengalami penurunan kesadaran, dan diduga ada pembekuan darah di kepalanya, maka disarankan untuk dilakukan tindakan operasi.

Untuk melakukan tindakan operasi, perlu perawatan yang lebih intensif di ruang ICU, baik pra maupun pasca operasi. Kebetulan ruang ICU di RSUD Kabupaten Bekasi pada saat itu dalam kondisi terisi semua, sehingga Cahaya Foundation mengupayakan untuk mencari alternatif ruang ICU dan tindakan operasi di Rumah Sakit lain. Bersyukur, masih bisa mendapat ruangan ICU di RS Hermina Bekasi Barat yang segera bisa diisi, sedangkan penjaminan perawatannya sedang diupayakan.


Pukul 07.00 WIB pada Sabtu (6/5/17) kemarin, di RS Hermina Bekasi Barat, bapak Saepudin sudah berhasil dioperasi di bagian kepalanya. Namun, keadaannya saat ini dalam kondisi masih belum sadarkan diri.

Sahabat sekalian, mari sama-sama kita do'akan untuk kesembuhan bapak Saepudin agar segera pulih kembali kondisinya seperti semula, dapat berkumpul kembali dengan keluarganya tercinta, dan dapat beraktifitas kembali untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Aamiin...

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation

Selengkapnya