Rabu, 31 Mei 2017

Laporan Kegiatan Pendampingan Pasien Periode Mei 2017

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Salam takzim untuk Sahabat semua, semoga dalam menjalankan aktifitas sehari-hari selalu diberikan SemangArt, kelancaran dan kemudahan.
Aamiin...

Berikut kami sampaikan Laporan Kegiatan Pendampingan Pasien Cahaya Foundation Periode Bulan Mei 2017.

Secara bersama-sama kita telah melakukan pembelaan bagi saudara-saudara kita yang tidak mampu untuk mendapatkan fasilitas pengobatan yang layak dan berkeadilan, dengan total biaya yang tercover senilai Rp. 240.998.950,-

Pada Bulan Mei 2017 ini, sebanyak 57 kali pembelaan telah kita lakukan, yang terdiri dari 25 kali pendampingan pasien rawat jalan dan 32 kali pendampingan pasien rawat inap, yang mana 6 orang pasien diantaranya meninggal dunia dalam perawatan.
Innalillahi wainnailaihi roji'uun.

Demikian penyampaian Laporan Kegiatan Cahaya Foundation Periode Bulan Mei 2017. Terima kasih atas segala do'a dan dukungan yang tak terhingga dari Sahabat sekalian.

Wassalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation


Selengkapnya

Jumat, 26 Mei 2017

Lusiana Monohevita, Pustakawan Berprestasi UI 2017



Menurut hasil kajian "Most Littered Nation In the World", yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016 lalu, diperoleh fakta bahwa Indonesia berada pada posisi ke-60 dari 61 negara yang disurvey dalam hal minat membaca. Persis berada dibawah Thailand yang berada di urutan ke-59, dan diatas Bostwana yang berada di urutan terakhir, ke-61. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa budaya membaca bangsa kita ini telah sampai pada taraf yang sangat mengkhawatirkan. 

http://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data

Seolah mengesampingkan bahwa pada sekitar 15 abad yang lalu, Tuhan, telah mewajibkan untuk membaca, melalui firman pertama-Nya; “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.” (Surah Al Alaq Ayat 1-5).

Literasi bukanlah sekadar kemampuan untuk membaca dan menulis, tapi lebih dari itu, juga berfungsi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat membuat seseorang memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis, kemampuan untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif, serta kemampuan untuk mengembangkan potensi dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Pembangunan karakter merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk membina, memperbaiki, serta membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, juga budi pekerti manusia sehingga menjadi baik. Hal ini penting karena fakta sejarah menunjukkan bahwa kemajuan peradaban suatu bangsa terletak pada pendidikan karakternya. Lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal, memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan tradisi literasi. Sebab, pendidikan itu sendiri merupakan sebuah proses transmisi kultural dari sebuah tradisi literasi antara penyampai ilmu dan penerima ilmu. Cukup ironis ketika pemerintah dengan penuh semangat menggerakkan program revolusi mental atau revolusi karakter, tapi di sisi lain, tradisi literasi yang menjadi pintu masuk untuk mewujudkannya justru mengalami kemunduran.

Solusi alternatif untuk mengatasi hal itu, muncul pemikiran untuk memperkuat pendidikan karakter yang dapat dilakukan melalui berbagai media, termasuk sastra.

Secara etimologis, sastra berarti alat untuk mendidik, sehingga bersifat didaktis. Hal ini sesuai dengan fungsi sastra yaitu dulce et ulite (nikmat dan bermanfaat). Kebermanfaatannya bisa diketahui karena di dalam sastra, baik sastra klasik maupun sastra modern, terkandung amanat yang luhur, yaitu nilai moral yang bersesuaian dengan pendidikan karakter, seperti kemanusiaan, harga diri, berpikir kritis, kerja keras, hemat, dan lain sebagainya.

Peran sastra dalam pembentukan karakter bangsa tidak hanya didasarkan pada nilai yang terkandung di dalamnya. Pembelajaran sastra yang bersifat apresiatif pun sarat dengan pendidikan karakter.

Kegiatan membaca, mendengarkan, dan menonton karya sastra pada hakikatnya menanamkan karakter tentang ketekunan, berpikir kritis, dan berwawasan luas. Pada saat yang bersamaan dikembangkan kepekaan perasaan sehingga pembaca cenderung cinta kepada kebaikan dan membela kebenaran. Sedangkan pada kegiatan menulis karya sastra, dikembangkan karakter ketekunan, kecermatan, ketaatan, dan kejujuran. Sementara itu, pada kegiatan dokumentatif dikembangkan karakter ketelitian, dan berpikir ke depan (visioner).

Khalifah Umar bin Khattab pernah berwasiat: “Ajarilah anak-anakmu sastra, karena sastra membuat anak pengecut menjadi jujur dan pemberani.”

Mengingat akan hal itu, kita berharap, sastra dan pengajaran apresiasi sastra, baik di sekolah maupun di masyarakat pada saat ini, dapat berperan dalam pembentukan karakter bangsa. 

Sebagai wadah yang memiliki berbagai fungsi, seperti sebagai sumber Informasi, edukasi, penelitian, administrasi, dan bahkan rekreasi, perpustakaan memiliki peran yang sangat penting, karena bisa berfungsi sebagai media konsultasi, yang menjadikannya tidak hanya sebagai gudang ilmu, tetapi juga sebagai psikolog. Di era globalisasi dan kemajuan zaman seperti sekarang ini, perpustakaan melalui buku-buku yang disediakannya, mampu menjadi sumber inspirasi, konsultasi, dan bahkan solusi terhadap berbagai problematika kehidupan.

Demikian kesimpulan dari pemaparan tentang Konsep Sebuah Perpustakaan Yang Ideal, yang dipresentasikan oleh Lusiana Monohevita dengan pokok isu: "Membangun Karakter Bangsa Melalui Gerakan Literasi Karya Sastra", pada ajang Diktendik Award Universitas Indonesia 2017, yang pada akhirnya, pada rabu sore (24/5/17), gelar Pustakawan Berprestasi Universitas Indonesia 2017 berhasil diraihnya. Untuk selanjutnya, Lusiana Monohevita akan mewakili Universitas Indonesia pada ajang yang sama di Tingkat Nasional.


Sebuah hadiah yang sangat istimewa dan berkah yang sangat luar biasa tentunya bagi kita semua, karena Lusiana Monohevita ini merupakan salah seorang Supporter dan Provoke-actor Literasi di Cahaya Foundation.

MAJU DAN JAYA LITERASI !!!

Selengkapnya

Selasa, 23 Mei 2017

Penyakit Tb Paru Pak Arman


Cahaya Foundation dihubungi mbak Ghifa, bahwa kondisi tubuh pak Arman mengalami penurunan kesehatan yang semakin memburuk. Tubuhnya lemas dan keadaannya semakin melemah, keseharian hanya terbaring di tempat tidur.

Pak Arman, 56 tahun, tinggal di Kampung Mede, Bekasi Timur. Mereka sekeluarga tinggal di sebuah rumah kecil (mirip rumah petakan). Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pak Arman kerja serabutan, melakukan apa saja yang menghasilkan uang, dan yang terpenting halal.

Menurut pengakuan anaknya, pak Arman sudah mengidap penyakit paru-paru selama lebih dari setahun terakhir ini. Dikarenakan tidak memiliki cukup uang, dan juga tidak adanya kartu jaminan kesehatan, maka pak Arman hanya sesekali saja berobat ke klinik. Terakhir terpaksa berhenti berobat sehingga kondisinya mengalami penurunan yang drastis. Badannya semakin menyusut, bahkan sudah kesulitan saat diajak komunikasi.

Saat itu juga, Tim Pendampingan Pasien Cahaya Foundation segera mengevakuasi pak Arman dari rumahnya, dan segera melarikannya  ke RSUD Kota Bekasi. Setiba di UGD RSUD Kota Bekasi, pak Arman langsung ditangani pihak paramedis, dan terdiagnosa mengidap penyakit Tb Paru, yang mengharuskannya dirawat inap untuk mendapat perawatan secara intensif di Rumah Sakit. Tidak lama setelah itu, pak Arman segera mendapat ruang perawatan di Ruang Teratai RSUD Kota Bekasi. Jaminan kesehatan untuk menjamin pembiayaan pak Arman selama dalam masa perawatan di Rumah Sakit pun segera diurus keesokan harinya.


Alhamdulillah, setelah beberapa waktu mendapat perawatan secara intensif, pak Arman sudah diperbolehkan pulang, dan selanjutnya tetap diharuskan melakukan rawat jalan untuk kontrol secara rutin atas pengobatan penyakitnya.

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation
Selengkapnya

Senin, 22 Mei 2017

Tarhib Ramadhan Cahaya Foundation dan Majlis Taklim Aisyah












Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR Ahmad).

Sahabat sekalian, salah satu tanda keimanan bagi seorang muslim adalah manakala dirinya bergembira dengan akan datangnya bulan Ramadhan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang telah lama dinanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya, dan tentunya hati menjadi sangat senang tamu Ramadhan akan datang. Tentu lebih senang lagi manakala ia menjumpai Ramadhan.

“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus : 58).

Betapa para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata; “Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.“

Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, keutamaan, dan berkah pada bulan Ramadhan. Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah.

Bulan Ramadhan sudah datang. Gebyar dalam menyambut Ramadhan merupakan bagian dari syi'ar Islam. Sebagaimana tradisi dan budaya baik yang telah lama dilaksanakan, rangkaian kegiatan Tarhib atau penyambutan datangnya Bulan Suci Ramadhan sudah marak dilakukan dimana-mana. Warna warni kebahagiaan menghiasi segala penjuru nusantara dengan kajian, ta'lim dan tabligh akbar.

Berkenaan dengan itu, pada menjelang Ramadhan tahun ini Cahaya Foundation kembali mendapatkan kepercayaan dari ustadzah Tri Handayani, pimpinan Majlis Taklim Aisyah, untuk melaksanakan kegiatan Tarhib Ramadhan jauh diluar wilayah Kota Bekasi. Tarhib Ramadhan kali ini diselenggarakan pada 21 Mei 2017, bertempat di MTS Jihadul Khair 2 Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sebuah sekolah yang pada awalnya dibangun dengan penuh keprihatinan.

Persiapan sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelumnya yang diawali dengan survey lokasi terlebih dahulu, dan dilanjut dengan memasang ayunan dan prosotan untuk sarana bermain anak-anak PAUD pada 1 minggu sebelum pelaksanaan acara.

Pada tanggal yang sudah ditentukan, sekira jam 08.00 WIB bergeraklah rombongan ibu-ibu Majlis Taklim Aisyah di bilangan Kranji, Kota Bekasi menuju MTS Jihadul Khair 2 di Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Rombongan terdiri dari 5 buah mobil penumpang yang mengangkut 32 orang anggota Majlis Taklim dan 1 buah mobil bak terbuka yang mengangkut berbagai macam perlengkapan yang dibutuhkan.

Perjalanan menuju lokasi dilaju dengan santai. Hampir 2 jam perjalanan tak terasa ditempuh. Setiba di lokasi, rombongan disambut dengan sangat meriah oleh anak-anak binaan MTS Jihadul Khair 2.

Acara segera dibuka dengan diawali pembacaan Ayat Suci Al Qur'an, alunan marawis dari anak-anak SMP Terbuka, sambutan dari berbagai pihak terkait, dan tausiyah dari ustadzah Tri Handayani, seorang pendakwah yang mengidap 5 jenis penyakit kanker di tubuhnya.

Acara penutup adalah santunan kepada para lansia dan anak-anak yatim/dhuafa di sekitar MTS Jihadul Khair 2, juga pemberian bingkisan bagi anak-anak binaan di PAUD, MTS Jihadul Khair 2 dan para guru relawan. Acara diakhiri dengan kuis Islami bagi anak-anak binaan di PAUD dan MTS Jihadul Khair 2.

Sahabat sekalian, marilah kita memohon kepada Allah ta'ala agar memasukkan kita ke dalam golongan para pencari kebaikan di dalam bulan Ramadhan, bahkan sepanjang hayat. Marilah kita berdoa semoga Allah ta'ala jauhkan kita dari masuk ke dalam golongan pencari kejahatan di bulan Ramadhan apalagi seumur hidup. Selamat melaksanakan Ramadhan, dan semoga kita semua kembali fitrah.

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Selengkapnya

Jumat, 05 Mei 2017

Cidera Kepala Bapak Saepudin


Bapak Saepudin, 41 tahun, warga Kampung Rawa Roko, Rawalumbu, Kota Bekasi, mengalami cidera berat pada bagian kepala akibat kecelakaan lalulintas.

Kronologis kejadian sebagai berikut; sekitar pukul 06.00 WIB, pada hari Kamis (4/5/17) yang lalu, di Jalan Narogong Raya, bapak Saepudin, yang mengendarai sepeda motor, mengalami kecelakaan lalulintas sehingga dirinya terpental beberapa meter yang mengakibatkan bagian kepalanya membentur aspal dengan cukup keras.

Saat itu juga bapak Saepudin segera dilarikan ke Rumah Sakit terdekat, yaitu RS St. Elizabeth di bilangan Jalan Raya Narogong Kota Bekasi. Dikarenakan kurang lengkapnya fasilitas di Rumah Sakit tersebut, bapak Saepudin kemudian segera dipindahkan ke RSUD Kabupaten Bekasi. Setiba di RSUD Kabupaten Bekasi, dikarenakan bapak Saepudin mengalami penurunan kesadaran, dan diduga ada pembekuan darah di kepalanya, maka disarankan untuk dilakukan tindakan operasi.

Untuk melakukan tindakan operasi, perlu perawatan yang lebih intensif di ruang ICU, baik pra maupun pasca operasi. Kebetulan ruang ICU di RSUD Kabupaten Bekasi pada saat itu dalam kondisi terisi semua, sehingga Cahaya Foundation mengupayakan untuk mencari alternatif ruang ICU dan tindakan operasi di Rumah Sakit lain. Bersyukur, masih bisa mendapat ruangan ICU di RS Hermina Bekasi Barat yang segera bisa diisi, sedangkan penjaminan perawatannya sedang diupayakan.


Pukul 07.00 WIB pada Sabtu (6/5/17) kemarin, di RS Hermina Bekasi Barat, bapak Saepudin sudah berhasil dioperasi di bagian kepalanya. Namun, keadaannya saat ini dalam kondisi masih belum sadarkan diri.

Sahabat sekalian, mari sama-sama kita do'akan untuk kesembuhan bapak Saepudin agar segera pulih kembali kondisinya seperti semula, dapat berkumpul kembali dengan keluarganya tercinta, dan dapat beraktifitas kembali untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Aamiin...

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation

Selengkapnya