Tampilkan postingan dengan label Pendampingan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendampingan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Agustus 2017

Pendampingan Pak Mursidik


Pak Mursidik, 70 Tahun, warga Teluk Buyung, Marga Mulya, Kota Bekasi, sebelumnya pernah bekerja sebagai pengemudi di sebuah perusahaan swasta di Tangerang. 

3 tahun yang lalu, pak Mursidik pernah mengalami benjolan di perut, dan pernah dilakukan tindakan operasi di RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi. Pasca operasi, ternyata luka bekas operasinya memerah. Diduga sebelum dilakukan tindakan operasi, jaringan tubuhnya sudah dalam keadaan kurang baik. Pernah dilakukan tindakan injeksi sebanyak 2 kali, tapi tidak ada perubahan, justru bekas operasinya semakin memerah dan mengeluarkan cairan. Setelah beberapa kali bolak balik berobat, dan keluarga melakukan rembukan secara internal, akhirnya diputuskan untuk menghentikan pengobatan.

Pada Mei 2017, sebelum ramadhan, pak Mursidik kembali merasakan sakit pada pinggang dan kedua kakinya. Berjalan pun harus menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk berjalan.

Pada bulan Juni 2017, pak Mursidik mulai merasakan lemah di sekujur kakinya, sudah tidak sanggup berdiri menopang tubuhnya, dan akhirnya tidak bisa bangun sama sekali, hanya tergolek lemah di pembaringan. 

Karena kondisi pak Mursidik semakin memburuk, awal Agustus 2017, barulah istri pak Mursidik menghubungi Cahaya Foundation, untuk minta pendampingan pengobatan. 



Segera dilakukan koordinasi antara Caregivers Pejuang Myasthenia Gravis Indonesia (PMGI) dan Relawan Pendamping Cahaya Foundation untuk mengevakuasi pak Mursidik ke Rumah Sakit dan pengurusan penjaminannya. Sesaat, di hari itu juga, pak Mursidik diberi pendampingan ke RS Anna Medika Bekasi. Beberapa saat pak Mursidik ditangani oleh paramedis RS Anna Medika Bekasi, akan tetapi, karena Rumah Sakit tersebut merasa kekurangan peralatan yang memadai, pak Mursidik dirujuk ke RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi. 

Setiba RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi, pak Mursidik segera ditangani secara intensif, dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Dokter menduga pak Mursidik menderita penyakit Tb Tulang dan Tb Paru, dan diharuskan menjalani rawat inap dalam rangka penanganan penyakitnya. Tapi, Allah SWT berkehendak lain. Tak lama menjalani perawatan di Rumah Sakit, di Minggu pagi ini, tepat pukul 06.18 WIB, pak Mursidik dipanggil Allah SWT. Innalillahi wainnailaihi rojiuun…

Sahabat sekalian, segala upaya telah kita tempuh, pihak paramedis pun telah melakukan perawatan dengan baik, akan tetapi Allah SWT lebih sayang kepada pak Mursidik sehingga secepat itu memanggil beliau. Terima kasih atas segala limpahan do’a, sepenuh empati, rasa peduli, dan dukungan tak terhingga dari sahabat semua, semoga pak Mursidik diampuni segala dosanya, diterima semua amal baiknya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran. 

Salam takzim dari kami, 
Relawan Pendamping Cahaya Foundation dan Caregivers PMGI

Selengkapnya

Sabtu, 05 Agustus 2017

Kisah Tentang Myasthenia Gravis Pada Rindayani

Waktu SMA Kelas 2, di tahun 1999, merupakan awal mula perkenalan Rindayani, 37 tahun, warga Tambun Selatan - Kabupaten Bekasi, dengan Myasthenia Gravis, salah satu jenis penyakit autoimun kronis yang menyerang otot. Saat itu ia merasakan reaksi di tubuhnya yang sangat ekstrim, yaitu; badan mudah sekali lelah saat menulis, dan punggung kerap terasa berat. Saat itu ia tidak tahu bahwa gejala yang dirasakannya itu merupakan salah satu gejala Myasthenia Gravis. 

Masa-masa kuliah, di tahun 2003, Myasthenia Gravis yang sudah bersenyawa di dalam tubuhnya mulai menunjukkan kecentilannya. Kelelahan yang dirasakannya semakin menjadi. Selain itu ia sulit sekali untuk fokus kepada hal yang sedang dikerjakannya. Juga ia sering sekali seketika terjatuh tanpa sebab, tapi ia mudah pula bangkit kembali. 

Puncaknya, di tahun 2008, Rindayani terjatuh akan tetapi ternyata sulit untuk berdiri kembali. Saat itu akhirnya diputuskan untuk berobat ke RS Hasan Sadikin Bandung. Setelah pengobatan berjalan 5 bulan, Rindayani didiagnosa menderita Myasthenia Gravis. Selama dalam masa rawat inap tersebut, ia mengalami kelumpuhan total, seluruh anggota tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Dokter yang merawat menduga kemungkinan ada penyakit penyerta yang lain, selain Myasthenia Gravis yang diidapnya. Selama itu pula ia sempat diberikan tindakan plasmapharesis sebanyak 3 kali, namun tidak ada perubahan yang berarti terhadap kondisi tubuhnya. Akhirnya pihak keluarga pasrah, dan memutuskan untuk pulang paksa.

Praktis selama kurun waktu sejak tahun 2008, sepulangnya dari pengobatan di RS Hasan Sadikin itu, Rindayani mengalami kelumpuhan total. Tangan dan kakinya sama sekali tidak bisa digerakkan. Bahkan matanya pun tidak bisa terbuka. Cuma alat pendengarannya saja yang masih bisa mendengar berbagai suara di sekitar tubuhnya.

Tahun 2013 terjadi mukjizat, sedikit demi sedikit, perlahan-lahan, kedua kelopak mata Rindayani mulai membuka. Kedua tangan dan kakinya pun perlahan-lahan mulai bisa digerakkan, hanya saja ia masih belum bisa berdiri. 

Setelah semakin jelas perkembangan kondisi umum tubuhnya semakin membaik, setahun kemudian, di tahun 2014, kembali Rindayani mulai berobat. Rumah Sakit yang dituju saat itu ke RSCM, yang memiliki fasilitas dan peralatan untuk pengujian terhadap penyakit autoimun yang paling lengkap se Asia Tenggara. Saat itu dilakukan pemeriksaan Elektromiografi (EMG), yaitu sebuah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot skeletal. Ini merupakan tes penting yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan otot dan saraf, namun juga tidak ada perubahan yang berarti. Dokter sempat mendiagnosa bahwa Rindayani menderita Gangguan Psikomatik dikarenakan kedua orangtuanya yang sudah meninggal dunia. Gangguan Psikosomatik, adalah suatu bentuk kecemasan yang berlebihan terhadap kondisi tubuh, Akhirnya pengobatan terhenti karena satu dan lain hal. 

Pada bulan Juli 2017 ini, berdasarkan informasi dari PMGI, Rindayani menghubungi Cahaya Foundation untuk memberikan pendampingan terhadap dirinya, untuk kembali berobat ke RSCM. Cahaya Foundation bersinergi dengan Caregivers PMGI, bersama-sama memberikan pendampingan bagi Rindayani. Untuk kali ke-2 kontrol ke RSCM ini, dokter mengarahkan untuk pemeriksaan Lumbar Puncture (LP) dengan cara “menusuk” daerah lumbar tulang belakang, untuk mengumpulkan sampel cairan serebrospinal guna pemeriksaan cairan otak. 




Diprediksi, pendampingan untuk Rindayani akan berjalan secara marathon dan dalam jangka waktu yang panjang. Untuk itu, kami mohon do’a dari sahabat semua agar tugas ini dapat berjalan dengan lancar dan selalu diberi kemudahan, sehingga Cahaya Foundation dan PMGI, selalu dapat memberikan pendampingan bagi siapa pun yang membutuhkan. Mohon do’anya juga agar Rindayani sesegera mungkin diberi kesembuhan dari penyakitnya dan disehatkan seluruh jiwa dan raganya. Aamiin….  

Terima kasih atas segala limpahan do’a, sepenuh rasa empati, kepedulian yang tak terperi, dan dukungan yang tak terkira dari sahabat semua.

Salam takzim dari kami, 
Cahaya Foundation 
              & 
Caregivers PMGI

Selengkapnya

Selasa, 01 Agustus 2017

Pendampingan Oma Wirdah

Hajjah Wirdah, atau lebih suka dipanggil dengan Oma Wirdah, 64 tahun, adalah penderita Myasthenia Gravis (MG), yaitu penyakit autoimun kronis dari transmisi neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. Istilah Myasthenia berasal dari bahasa Latin untuk kelemahan otot, dan Gravis untuk berat atau serius. 


Menurut kamus kedokteran, penyakit autoimun itu sendiri adalah suatu jenis penyakit dimana antibodi menyerang jaringan-jaringannya sendiri. Myasthenia Gravis dapat menyerang otot apa saja, tapi yang paling umum terserang adalah otot yang mengontrol gerakan mata, kelopak mata, mengunyah, menelan, batuk, ekspresi wajah, bahu, pinggul, leher, otot yang mengontrol gerakan badan serta otot yang membantu pernafasan. Health Community dalam sebuah website-nya mendefinisikan Myasthenia Gravis sebagai penyakit autoimun kronis yang berakibat pada kelemahan otot skelet. Otot-otot skelet merupakan serabut-serabut otot yang terdiri dari berkas-berkas atau striasi (striasi otot) yang berhubungan dengan tulang. Myasthenia Gravis menyebabkan kelelahan yang cepat (fatigabilitas) dan kehilangan kekuatan pada saat beraktivitas, dan dapat membaik setelah beristirahat beberapa waktu.

Oma Wirdah telah menderita Myasthenia Gravis sekitar 14 tahun, yaitu sejak tahun 2003 yang lalu. Selama ini Oma Wirdah berobat ke RS Haji Pondok Gede yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya di bilangan Bintara Bekasi. Dalam berobat, Oma Wirdah menggunakan fasilitas jaminan kesehatan BPJS kelas 1. Oma Wirdah maupun keluarga tidak tahu bahwa di RSUD dr Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan sanggup menangani pelayanan pengobatan bagi penderita autoimun. 

Dalam kegiatan Gathering dan Silaturrahim Pejuang Myasthenia Gravis Indonesia (PMGI) yang merupakan organisasi wadah para penyintas MG, pada 30 Juli 2017, yang diselenggarakan oleh PMGI bekerjasama dengan Cahaya Foundation (CF), Oma Wirdah baru mengetahui bahwa PMGI telah bekerjasama dengan CF dalam berbagai kegiatan, terutama dalam hal pendampingan pasien, baik itu pasien MG itu sendiri maupun pasien penyakit lainnya. Akhirnya dijadwalkan rencana untuk pendampingan pengobatan bagi Oma Wirdah pada tanggal 1 Agustus 2017. 


Alhamdulillah, pendampingan bagi Oma Wirdah yang dilakukan oleh PMGI dan CF di RSUD dr Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi berjalan dengan lancar. Pendampingan dilakukan sendiri secara langsung oleh ibu Eka Diah Purwanti, salah seorang founder CF, yang juga koordinator PMGI wilayah Jabodetabek dan merupakan penyintas MG, dibantu oleh ibu Wiwik Rahayu, salah seorang relawan CF. 

Mohon limpahan do'a dari sahabat semua, semoga Oma Wirdah segera diberi kesembuhan dan selalu diberi kesehatan dalam hidupnya. Juga mohon do’a agar selalu diberi kelancaran bagi kami, PMGI dan CF, untuk selalu dapat memberikan pendampingan bagi siapa pun yang membutuhkan bantuan pendampingan untuk berobat. Terima kasih kami haturkan kepada sahabat semua atas sepenuh rasa empati & kepedulian yang telah diberikan, cuma kalimat itu yang sanggup kami haturkan sebagai balasan. 

Salam takzim dari kami, 
Caregivers PMGI dan CF

Selengkapnya

Minggu, 23 Juli 2017

Pendampingan Ibu Susanti

Relawan Pendamping Cahaya Foundation dan Caregivers PMGI pertama kali bertemu dengan Ibu Susanti, 36 tahun, berdasarkan informasi dari ibu Titi Komariah, yang selama ini selalu membantu warga lingkungan sekitar rumahnya apabila terjadi musibah atau hal-hal yang sifatnya darurat di wilayah Duren Jaya, Kota Bekasi. Ibu Susanti mengalami pendarahan sejak pagi hari. Pada sore harinya, ibu Titi Komariah menghubungi Cahaya Foundation meminta diberikan pendampingan dikarenakan ibu Susanti merupakan pasien dhuafa, tidak memiliki jaminan apa pun untuk berobat.


Ibu Susanti memiliki 2 orang anak usia sekolah. Suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya bekerja serabutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terpaksa ibu Susanti harus berdagang nasi uduk setiap paginya.

Pada sore itu juga, Relawan Pendamping Cahaya Foundation dan Caregivers PMGI meluncur ke rumah ibu Susanti. Setelah diperiksa kondisi umumnya, bersama-sama dengan ibu Titi Komariah diputuskan untuk segera membawa ibu Susanti ke Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) RSUD dr Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi, sedangkan jaminan pengobatannya segera diurus keesokan harinya. 


Oleh paramedis yang sedang bertugas, ibu Susanti segera ditangani, dan diambil keputusan untuk segera dilakukan tindakan kuret, karena janinnya tidak bisa diselamatkan lagi. Kuret merupakan intervensi bedah untuk mengeluarkan isi rahim. Kadang tindakan ini diperlukan jika ada komplikasi paska aborsi medis atau keguguran, walaupun di beberapa negara, dokter terbiasa melakukan tindakan tersebut meskipun tidak diperlukan secara medis.

Paska tindakan kuret, ibu Susanti harus menjalani rawat inap selama 4 hari untuk memulihkan kembali kondisinya. 

Alhamdulillah, pendampingan bagi ibu Susanti di RSUD dr Chasbullah Abdul Madjid berjalan dengan lancar, penjaminan pun selesai diurus sehingga ibu Susanti tidak dikenakan biaya sepeser pun oleh pihak Rumah Sakit. Pendampingan dilakukan oleh Caregivers PMGI ibu Eka Diah Purwanti, Relawan Pendamping Cahaya Foundation ibu Wiwik Rahayu, dan ibu Titi Komariah. 

Terima kasih atas segala limpahan do’a, sepenuh rasa empati, kepedulian yang kuat, dan dukungan dari sahabat semua, semoga ibu Susanti segera diberi kesembuhan. Juga mohon do’a agar selalu diberi kelancaran bagi kami, Cahaya Foundation dan PMGI, untuk selalu dapat memberikan pendampingan bagi siapa pun yang membutuhkan.

Salam takzim dari kami, 
Cahaya Foundation 
               &
Caregivers PMGI

Selengkapnya

Sabtu, 15 Juli 2017

Sarah Hidup Dengan Alopesia Areata



Sahabat sekalian, cerita tentang pasien dampingan kita kali ini adalah tentang seorang gadis pengidap autoimun, dengan nama penyakit Alopesia Areata. Pada penyakit Alopecia Areata, sistem kekebalan di dalam tubuh membuat sel darah putih (limfosit) dan antibodi untuk melindungi diri terhadap benda asing seperti bakteri, virus, dan kuman lainnya. Pada penyakit autoimun, telah terjadi kesalahan sistem kekebalan tubuh, dimana bagian tubuh dianggap sebagai benda asing, sehingga imunitas tubuh justru menyerangnya. Pada orang dengan Alopecia Areata, banyak sel darah putih berkumpul di sekitar akar rambut yang terkena (folikel rambut), di sanalah telah terjadi kesalahan dari autoimun. Hal ini menyebabkan beberapa peradangan ringan yang mengarah dalam beberapa cara untuk rambut menjadi lemah dan jatuh sehingga menyebabkan kebotakan sebagian, dan terpencar secara merata di kepala. Sebagaimana halnya dengan penyakit autoimun lainnya, penyakit ini pun belum ada obatnya. Walaupun penyakit ini tidak mengancam kesehatan, akan tetapi dapat sangat mempengaruhi penampilan seseorang, sehingga menyebabkannya menjadi tertekan, yang justru akan semakin memperparah penyakit tersebut. 

Adalah Sarah Fitriyani, 12 tahun, yang mengidap penyakit tersebut. Adik Sarah saat ini kelas 5 SD, merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan textile di Kota Bekasi, dan sepulang kerja menyambi profesi sebagai pengojek online untuk menambah penghasilannya.

Pada awalnya, kehidupan adik Sarah normal-normal saja. Selayaknya gadis seusianya. Kesehariannya diisi dengan sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Hidup penuh warna, ceria, sukacita dan bahagia dirasakannya saat itu. Namun, 5 bulan yang lalu, tanpa ada gejala apapun, mendadak sebagian rambutnya mengalami kerontokan secara ekstrim. Bentuk kerontokannya pun cukup aneh, hanya menyerang beberapa bagian kepala secara terpencar di seluruh area kepalanya, seperti pitak-pitak yang tidak beraturan. Pada awalnya, ibunya menduga mungkin karena adik Sarah terlalu sering mengkonsumsi obat paru. 


Hanya dalam waktu beberapa hari adik Sarah mengalami kerontokan rambut yang masif pada sebagian kepalanya. Kejadiannya cepat sekali. Efek psikologis sangat terasa pada diri adik Sarah karena sangat mempengaruhi penampilannya. Akibat penampilannya tersebut, adik Sarah selalu menjadi bahan ejekan dari teman-temannya, sehingga menyebabkannya menjadi gadis yang pemurung, rendah diri dan tertutup, bahkan di rumah sekalipun. Adik Sarah seperti mengalami beban dan tekanan yang teramat berat.

Suatu hari, badan adik Sarah mengalami panas yang cukup tinggi sehingga dibawa orangtuanya ke RS Awal Bros dan harus menjalani rawat inap selama 1 minggu. Di RS Awal Bros tersebut, penyakit adik Sarah diobservasi sehingga diperoleh diagnosa bahwa adik Sarah mengidap Alopecia Areata.

Setelah kondisi tubuhnya dinyatakan pulih, adik Sarah diperbolehkan pulang dan mulai berobat jalan. Beberapa lama berobat belum juga menghasilkan perubahan yang berarti dalam diri adik Sarah, bahkan berat badannya justru menyusut sebanyak 3 Kg selama kurun waktu 1 bulan. Dengan meminta bantuan pendampingan melalui Cahaya Foundation, akhirnya adik Sarah pun melakukan beberapa tahapan pengobatan mulai dari RSUD Kota Bekasi hingga dirujuk ke RSCM. Di RSCM, selain positif Alopecia Areata, adik Sarah dinyatakan suspect SLE (Lupus), sehingga masih harus menjalani pemeriksaan lebih panjang dan berkelanjutan. 


Selama melakukan tahapan pengobatan tersebut, adik Sarah diberi pendampingan dan konseling psikologis/motivasi secara langsung, dengan cara komunikasi melalui jaringan seluler, oleh ibu Eka Diah Purwanti, seorang pendamping pasien senior sekaligus salah seorang founder dari Cahaya Foundation, yang juga mengidap penyakit Myasthenia Gravis, salah satu jenis penyakit autoimun yang menyerang seluruh otot tubuhnya. Sedangkan pendampingan di lapangan dilakukan oleh ibu Wiwik Rahayu.

Sahabat terkasih, mari kita do’akan untuk kesembuhan adik Sarah, agar selalu diberi ketabahan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, dan segera diberi kesembuhan agar dia kembali mendapatkan keceriaannya seperti semula. Aamiin…
Selengkapnya

Senin, 19 Juni 2017

Tumor Di Kepala Ibu Yati


Ibu Yati binti Adim, 51 tahun, adalah warga Bojongmenteng, Rawalumbu, Kota Bekasi. Dia se-keluarga tinggal di sebuah rumah petakan dengan sistem sewa bulanan. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, pak Lacan, suaminya, bekerja sebagai buruh serabutan. Keluarga ibu Yati ini merupakan salah satu contoh kasus pasien tidak mampu yang tidak memiliki jaminan kesehatan sama sekali. Disamping karena ketidakpahaman mereka tentang manfaat dari jaminan kesehatan, juga karena tidak sampainya informasi kepada mereka yang menyebabkan mereka tidak mengerti bagaimana cara untuk mendapatkan jaminan kesehatan tersebut secara cuma-cuma dari pemerintah. 

"Selama ini dia sering mengeluh pusing, dan 2 hari ini cuma terbaring sakit di kamar. Saya inisiatif telpon Cahaya karena di hari ke-2 kondisinya tidak sadar", tutur ibu RW saat Tim Pendamping Pasien Cahaya tiba di rumah ibu Yati untuk melakukan evakuasi terhadap pasien dampingan tersebut pada hari Kamis pagi (9/6/2017). 

Ditemani ibu RW dan keluarganya, segera ibu Yati dilarikan ke RS Rawalumbu, sebuah Rumah Sakit yang paling dekat dengan tempat kediaman pasien. Beruntung ada ruang ICU kosong yang bisa segera diisi. Oleh tim medis, ibu Yati segera ditangani, dan saat itu juga segera dilakukan pemindaian dengan menggunakan alat CT Scan untuk mendapatkan pencitraan yang akurat terhadap kondisi kepalanya, serta menetapkan diagnosis atas penyakit yang dideritanya. 

Berdasarkan hasil CT Scan, oleh tim medis disimpulkan bahwa ibu Yati menderita tumor otak. Dikarenakan ibu Yati tidak memiliki jaminan apapun, maka pada saat itu juga Tim Pendamping Pasien Cahaya segera bergerak melakukan proses pengurusan jaminan kesehatannya. 

Selama 4 malam ibu Yati dirawat di ICU RS Rawalumbu. Akan tetapi, karena RS Rawalumbu tidak memiliki dokter spesialis syaraf, maka pasien terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit lain yang memiliki spesialis syaraf. Tim Pendamping Pasien bergerak menghubungi beberapa Rumah Sakit yang memiliki dokter spesialisasi syaraf. Beruntung, RS Hermina Bekasi Barat memiliki dokter spesialisasi syaraf, disamping ada ruang ICU yang juga kosong untuk dapat segera diisi. 

Setelah selesai dibuatkan rujukan dari RS Rawalumbu untuk RS Hermina Bekasi Barat pada Rabu malam (14/6/2017), akhirnya ibu Yati bisa dipindahkan pada Kamis dinihari (15/6/2017). Setiba di RS Hermina Bekasi Barat, Ibu Yati segera mendapat penanganan medis. Kembali dilakukan tindakan CT Scan yang lebih mendalam, melakukan berbagai observasi, sekaligus melakukan perawatan untuk memulihkan stabilitas tubuhnya. Kamis pagi harinya, kembali diupayakan pengurusan jaminan kesehatan ibu Yati untuk RS Hermina Bekasi Barat.

Sahabat sekalian, mari kita tengadahkan tangan, menundukkan kepala, seraya mengirimkan do'a-do'a yang terbaik yang kita miliki ke langit, memohon kesembuhan untuk ibu Yati agar kondisinya cepat stabil, agar segera bisa dilakukan tindakan operasi baginya, agar segera dipulihkan kesehatannya, dan agar dapat berkumpul kembali bersama keluarganya tercinta. Tak lupa, teriring ucap terima kasih kami kepada sahabat sekalian atas segala dukungan yang tak terhingga selama ini kepada Cahaya. 

Salam takzim dari kami, 
Cahaya Foundation

Selengkapnya

Sabtu, 10 Juni 2017

Kehamilan Dengan Eklamsia Pada Ibu Ayu


Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi wanita manapun apabila bisa hamil dan memiliki anak sebagai pewaris keturunan dari darah dagingnya sendiri. Apalagi pada kehamilan yang pertama, dan janin yang ada dalam kandungannya yang merupakan calon anak yang pertama pasti akan dirawat sebaik mungkin.

Begitu juga dengan Ayu Ratna Fitriani, seorang ibu muda berumur 21 tahun, warga Jatiasih, yang sedang menanti saat-saat kelahiran bayi yang dikandungnya. Ada kebahagiaan yang tak terhingga yang dirasakannya di saat usia kandungannya sudah mendekati 32 bulan.

Akan tetapi, tanpa sebab, pada hari Selasa (6/6/3027), mendadak ibu Ayu mengalami kejang-kejang beberapa kali. Oleh suami, segera ibu ayu dilarikan ke Rumah Sakit yang terdekat dengan rumah kontrakan mereka, yaitu ke RSU Multazam Medika, Jatimulya. Setiba di Rumah Sakit, ibu Ayu segera diberikan pertolongan, dicek tensi darah dan urinnya. Didapat hasil tensi darahnya 190/140, positif menderita Eklamsia, sebuah penyakit yang kadangkala menyerang ibu-ibu yang dalam usia kehamilan diatas 20 minggu, dan kerapkali berujung kepada kematian.

Oleh pihak paramedis, disimpulkan bahwa ibu Ayu harus segera diambil tindakan berupa Operasi Caesar, untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Akan tetapi ruang ICU di RSU Multazam Medika dalam kondisi terisi semua, disamping pula tidak memiliki ruang NICU untuk perawatan bayinya. Ditambah lagi, ternyata ibu Ayu tidak memiliki jaminan apapun untuk berobat, sedangkan suami baru saja menganggur setelah sebelumnya bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu perumahan.

Berdasarkan info dari kerabatnya, akhirnya keluarga ibu Ayu meminta pendampingan kepada teh Novi melalui Cahaya Foundation. Fokus pendampingan ada 2 hal; mencarikan Rumah Sakit yang memiliki ruang ICU dan NICU, serta mengusahakan penjaminannya. Teh Novi dan Tim Pendamping Pasien Cahaya Foundation segera bergerak mengusahakan semua keperluan yang dibutuhkan ibu Ayu, yaitu Rumah Sakit yang memiliki ruang ICU, NICU dan penjaminan pengobatannya, sedangkan RSU Multazam Medika berusaha membuat kondisi ibu Ayu agar menjadi stabil hingga waktu saat akan dipindahkan ke Rumah Sakit lain.

Ruang ICU dan NICU di RSUD Kota Bekasi kebetulan penuh, tapi ada sedikit harapan di RS Hermina Bekasi Barat yang kebetulan sekali ada ruang ICU yang kosong. Oleh RSU Multazam Medika segera dibuatkan surat rujukan untuk dipindah ke RS Hermina Bekasi Barat. Penjaminan pembiayaannya pun sudah selesai diurus.

Rabu (7/6/2017), ibu Ayu segera dipindah ke RS Hermina Bekasi Barat. Operasi Caesar segera disiapkan. Tepat pukul 14.00 WIB Operasi Caesar dilaksanakan, dan syukur alhamdulillah berjalan dengan baik, ibu dan bayinya selamat dengan bobot bayi 1,2 Kg. Pasca operasi, ibu Ayu kondisinya cukup stabil sehingga tidak perlu dirawat di ruang ICU, cukup di ruang perawatan biasa, sedangkan bayinya dirawat di ruang NICU.

Hari sabtu (10/6/2017), ibu Ayu sudah diperbolehkan pulang, akan tetapi bayinya masih harus mendapatkan perawatan secara intensif di ruang NICU RS Hermina Bekasi Barat.


Sujud syukur kami kepada Allah SWT, dan ucapan terima kasih atas dukungan yang tak terhingga dari Sahabat sekalian sehingga kita telah membantu menolong kesulitan ibu Ayu, bayi dan keluarganya.

Salam takzim dari kami,
Cahaya Foundation
Selengkapnya